
Cibolang
merupakan kawasan yang secara administratif terletak di Desa Banjarsari,
Kecamatan Pangalengan. Saat ini penggunaan lahan didominasi oleh kegiatan
perkebunan, khususnya perkebunan teh PTP Nusantara VIII. Pada daerah ini
terdapat sumber mata air yang digunakan oleh masyarakat setempat dan merupakan
kawasan hulu dari Sungai Cilaki yang masuk kedalam Kawasan Daerah Aliran Sungai
(DAS) Cilaki yang bermuara ke Samudra Hindia, Pantai Selatan.
Namun
sebagian airnya juga masuk ke dalam Situ Cileunca yang airnya dimanfaatkan
sebagai pembangkit listrik, sumber air minum Masyarakat Bandung dan sarana
rekreasi. Namun kegiatan peternakan pada daerah ini menjelma menjadi masalah
yang cukup mengganggu kualitas air sungai. Disamping masalah tersebut, pada
kawasan ini juga terdapat potensi pemandian air panas dan perkebunan teh yang
akan dialih fungsikan menjadi perkebunan kopi. sebagaimana yang kita ketahua
bersama industri kopi nasional terus meningkat seiring dengan gaya hidup
masyarakat yang semakin banyak meminum kopi.
Untuk
itu dirasa perlu untuk merencanakan dan merancang Kawasan Cibolang menjadi
model kawasan hulu sungai yang dapat mengakomodasi kegiatan pertanian secara
umum tanpa harus menurunkan fungsi ekologisnya sekaligus dapat memberdayakan masyarakat
setempat dalam sektor pariwisata dan dalam upaya menjaga kelestarian
lingkungan.
JENIS TANAH
Didominasi oleh tanah Andosol
dengan warna tanah merah, coklat, sampai kekuning-kuningan, dengan PH antara
4,5-6,5 yaitu asam sampai agak asam. Tekstur Remah dengan konsistensi gembur
TOPOGRAFI
Berada pada ketinggian 1.500 -
1600 mDPL
DEMOGRAFI PENDUDUK
Jumlah Penduduk : 5.771 jiwa
Laki-laki : 2.891 jiwa
Perempuan : 2.880 jiwa
Kepadatan Penduduk : 261 per KM²
LETAK GEOGRAFIS
Luas 34,19 Ha
Koordinat Bujur 107°36'35.47" BT -
107°37'8.76" BT
Koordinat Lintang 7°14'23.49" LS -
7°13'53.13" LS
(Sumber: google earth)
BATAS
Utara : Gunung Wahyang
Barat : Kebun Teh Malabar
Selatan : Kebunan Teh
Malabar
Timur : Kebun Teh Malabar
IKLIM
Curah Hujan 2.350
mm/tahun
Suhu Udara 18-23
°C
Pada Tapak terdapat beberapa
peruntukan lahan, sebagian besar digunakan sebagai perkebunan teh, karena
memang pada dasarnya tapak ini adalah perkebunan teh milik PTPN VIII. Namun,
selain digunakan sebagai kebun teh, tapak ini juga digunakan sebagai tempat
pemandian air panas (airnya bersumber dari kawasan Perhutani), perumahan
pegawai perkebunan, tempat budidaya perikanan yang berbentuk empang, serta
tempat peternakan sapi perah yang tergabung dalam Koperasi Peternak Bandung
Selatan (KPBS), dan peternakan inilah yang menyumbang pencemaran air sungai
yang paling besar jika dibandingkan dengan jenis penggunaan lainnya.
Dengan
adanya isu penurunan kualitas hasil teh perkebunan yang ada ditapak, sebagian
area kebun teh pada tapak direncanakan akan diganti dengan komoditas kopi,
mengingat pasar kopi yang cenderung meningkat di dunia dan di Indonesia
khususnya.
Limbah
peternakan dan perkebunan dirasa sangat potensial dijadikan sebuah model
pertanian terpadu yang tujuan utamanya menjaga ekosistem pada umumnya serta
menjaga kualitas air pada khususnya, mengingat pada tapak ini terdapat sumber
mata air yang menjadi bahan baku air minum bagi sebagian Masyarakat Bandung.
Selain
sistem pertanian terpadu, juga ada hal yang harus diperhatikan dan dicari
solusinya, seperti potensi bencana longsor dan potensi wisata yang berimplikasi
terhadap peningkatan ekonomi masyarakat sekitar.
AKSES DAN SIRKULASI
Cibolang dapat dicapai melauli 2
(dua) akses utama, yaitu:
1.
Dari arah Situ Cisanti kurang lebih berjarak 12,5 KM
2.
Dari arah Terminal Pangalengan kurang lebih 10,9 KM
Secara keseluruhan akses menuju
Cibolang tergolong baik dan mudah dicapai. Namun pada beberapa titik keadaan
jalan agak rusak dan berlubang, hal ini disebabkan karena jalan ini memang
sering dilalui dengan truk besar pengangkut teh dari kawasan PTP Nusantara
VIII. Jarak pandang juga akan menjadi sangat berkurang jika kabut sudah turun.
VEGETASI ENDEMIK
Berdasarkan Laporan Perusahaan
Star Energy, Kawasan Pangalengan dengan tapak yang berada di ketinggian di atas
1.500 mDPL Cibolang memiliki vegetasi endemik khas dataran tinggi Jawa Barat
seperti Rasamala (Altingia excelsa), Saninten (Castanopsis javanica), Baros
(Magnolia mackiottii), Suren (Toona sinensi), dan Talas Bolang (Colocasia
esculenta).
Menurut
keterangan warga yang telah sejak lahir tinggal di Cibolang, nama Cibolang
diambil dari tanaman Talas Bolang yang dahulu banyak terdapat di daerah ini,
tumbuh di sepanjang aliran sungai yang basah. Kata Cibolang sendiri terdiri
dari dua kata “Ci” dan “Bolang”. Kata Ci berasal dari kata Cai (Bahasa Sunda)
yang berarti Air, sedangkan Bolang diambil dari tanaman Talas Bolang. Jadi
Cibolang memiliki makna daerah atau tempat yang banyak ditumbuhi tanaman Talas
Bolang di sepanjang sungai.
Jenis talas
bolang ini biasanya tidak di kosumsi karena rasanya tidak enak atau gatal.
Batang dan daun dari talas jenis ini sering digunakan untuk makanan ikan.
SATWA ENDEMIK
Berdasarkan
Laporan Perusahaan Star Energy, Kawasan Pangalengan memiliki keanekaragaman
fauna mulai dari amfibi, burung sampai mamalia kecil. Seperti Burung Alap alap
sapi (Talco moluccensis), Burung Cekaka belukar (Halcyon smynensis), Burung
Madu gunung (Aethopyga eximia), Tupai (Tupai javanica), Monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis), dan Katak pohon jawa (Rhacophorus javanica.
SKEMA ALIRAN AIR
Jika diperhatikan dalam skema
aliran air di atas, masalah yang timbul adalah bocornya aliran air dari
penampungan limbah ternak ke dalam kolam ikan. Hal ini diperkirakan karena
volume kolam penampungan yang sudah tidak mencukupi untuk menampung kotoran
ternak yang ada, sebab laju produksi limbah yang sangat cepat jika dibandingkan
dengan laju organisme pengurai. Oleh sebab itu peternak dengan sengaja membuat
aliran dari kolam penampungan ke dalam aliran air sungai. Hal ini tentunya
dapat menurunkan kualitas air sungai.
PEERENCANAAN SKALA MAKRO PANGALENGAN DAN KERTASARI
ECO VILLAGE
Konsep: Menciptakan kehidupan
desa yang berkelanjutan dengan aspek yang seimbang antara manusia dan alam
Prinsip:
- Desain pemukiman & pertanian yang harmonis dengan
alam
- Manajemen Pengolahan limbah
- Pelibatan anggota masyarakat
- Mendorong kearifan lokal sebagai bagian kehidupan
sehari-hari
- Konservasi dan penanaman kembali vegetasi endemik
Implementasi Pada Tapak:
- Pemberdayaan masyarakat dalam mengolah kotoran ternak
menjadi biogas
dan
pupuk
- Konservasi
dan penanaman kembali vegetasi endemik
LOCAL WISDOM
Pada Lanskap Sunda, dalam
agroekosistem skala makro, lanskap didefinisikan oleh elemen utama Niliai Sunda
yaitu: Luhur, Tengah dan Handap.
Konsep: Mengangkat Lanskap Sunda
pada kawasan Pangalengan dan Kertasari
Prinsip:
- Penerepan tipologi Sunda: Luhur, Tengah dan Handap ke
dalam zoning
perencanaan
berdasarkan land use
-
Luhur - Tengah : tegakkan
pohon
-
Tengah - Handap : Pemukiman-sawah pertanian
-
Mata air sebagai pusat kehidupan
Implementasi Pada Tapak:
- Menjaga sumber mata air (Luhur) dengan menanam tegakkan
pohon agar
kualitasnya
tetap terjaga
- Membuat
aliran khusus bagi limbah ternak agar tidak mengotori bagian
tengah-handap
GREEN AGRICULTURE
Konsep: Menciptakan pertanian
yang menjaga tanah, air dan juga spesies endemik dalam kawasan.
Prinsip:
- Mengembangkan pertanian organik
- Integrasi
pertanian konvensional dengan teknik pertanian yang ramah
lingkungan
- Pengelolaan
limbah pertanian dan peternakan
- Pertanian
yang mendorong strategi konservasi tanah, aor dan pengelolaan
vegetasi
- Pertanian
yang memperhatikan aspek jaringan habitat dan proses ekologi
Implementasi Pada Tapak:
- Mengintegrasikan pengelolaan limbah ternak menjadi pupuk
kandang
yang
dimanfaatkan untuk perkebunan kopi, untuk kemudian rumput yang
tumbuh
diantara tanaman kopi dapat dimanfaatkan kembali sebagai pakan
ternak.
- Menjadikan
area perkebunan sebagai green corridor bagi satwa dalam
berpindah
GREEN INFRASTRUCTURE
Konsep: Merancang lanskap wisata
dengan penerapan infrastruktur hijau yang sustainable
Prinsip:
- Desain lanskap dengan infrastruktur yang tidak
mengganggu siklus alami
- Desain
lanskap mencegah sedimentasi
- Pengelolaan
limbah pertanian dan peternakan
- Penggunaan
infrastruktur ramah lingkungan dan memudahkan
pengelolaan
sistem wisata
Implementasi Pada Tapak:
- Menggunakan material hardscape yang dapat
diperbaharuiseperti bambu
untuk
pembuatan deck
SUSTAINABLE WATER MANAGEMENT
Konsep: Merancang lanskap yang
dapat menjaga kualitas air di hulu agar dapat dimanfaatkan secara optimal
sampai ke hilir
Prinsip:
- Memperkuat fungsi lanskap yang dapat menjaga kualitas
air
- Merancang
kawasan badan air secara ekologis
- meningkatkan
konektivitas dari badan air
- Mengembangkan
teknologi biohydro-engineering
Implementasi Pada Tapak:
- Mengkonservasi kawasan tepi sungai dan mata air
- Menerapkan teknologi biohydro-engineering pada badan air
- Meminimalisasi
masuknya limbah ke dalam badan air
ECOTOURISM
Konsep: Pariwisata yang membangun
kesadaran dan rasa hormat terhadap lingkungan dan budaya
Prinsip:
- Mendidik wisatawan tentang pentingnya konservasi
- Membawa
manfaat ekonomi masyarakat lokal
- Pariwisata
yang tidak melebihi kapasitas sosial dan lingkungan setempat
Implementasi Pada Tapak:
- Memasang papan interpretasi pada beberapa titik yang
menerangkan tata
cara
mengolah limbah dan implikasinya terhadap kualitas air. diharapkan
pengunjung
dapat memahami dan menghayati pentingnya menjaga
lingkungan
- Melibatkan aktivitas peternak sebagai wisata edukasi
WILD ECOSYSTEM
Konsep: Merancang habitat lanskap yang dapat
mengkonservasi flora dan fauna endemik dan dapat menjadi tujuan wisata berbasis
ekologi
Prinsip:
- Memperkuat
fungsi lanskap yang menunjang pergerakan burung
- Merancang
arboretum pohon endemik
- Mengembangkan
pusat pembelajaran habitat liar
- Pengembangkan
sistem interpretasi pada tapak
- Sistem
wisata dengan berjalan dan bersepeda
Implementasi Pada Tapak:
- Memasang
papan interpretasi pada beberapa titik yang menerangkan tata
cara
mengolah limbah dan implikasinya terhadap kualitas air
- Merancang
kawasan tepi sungai sebagai green corridor
Analisis Tata Guna Lahan
Analisis
dilakukan dengan tool software AutoCad 2012 dengan cara men-digitasi peta citra
satelit dari Google Maps Tahun 2014. Dari hasil analisis didapat tiga tipe
penggunaan lahan pada tapak, yaitu sebagai badan air (25%), perkebunan (65%)
dan area terbangun (10%). Area terbangun memiliki porsi yang paling kecil
karena aturan dari pemilik lahan (PTPN VIII) yang memang sangat membatasi
lahannya digunakan sebagai area terbangun demi meningkatkan dan menjaga
kuantitas hasil perkebunan. Tentunya hal ini sangat menguntungkan dalam upaya
menjaga kualitas ekologi dalam tapak tetap terjaga.
Analisis Ketinggian Lahan
Analisis
dilakukan dengan tool software AutoCad Land Desktop 2009 dengan menggunakan
basis data ketinggian yang diambil pada tapak dengan GPS Garmin 62 SC. Secara
keseluruhan, ketinggian pada tapak berkisar antara 1470 - 1530 mDPL. Dengan
ketinggian tersebut secara garis besar tapak initermasuk ke dalam kategori
dataran tinggi yang memiliki ke-khas-an flora dan fauna tersendiri. untuk itu
kaitannya dalam pemilihan jenis tanaman sebaiknya digunakan tanaman endemik
yang sesuai dengan ketinggian pada
tapak.
Analisis Hidrologi
Dengan luas
badan air yang mencapai 25% dari total luas tapak, tapak ini berpotensi sebagai
daerah resapan air. Namun yang perlu dicermati adalah laju dari aliran
permukaan yang relatif cepat karena pengaruh dari kontur tanah dan tutupan
vegetasi yang ada. Hal ini tentunya dapat meningkatkan potensi bahaya erosi dan
longsor. Untuk itu diperlukan rencana penanaman yang tepat guna meminimalisasi
aliran permukaan, khususnya pada area yang curam.
Analisis Tutupan Vegetasi
Analisis
dilakukan dengan tool software AutoCad 2012 dengan cara men-digitasi peta citra
satelit dari Google Maps Tahun 2014. Dari hasil analisis didapat sebanyak 80%
dari luas total tapak merupakan vegetasi dengan jenis semak sedang (tanaman
teh). Sedangkan lahan yang tertutup kanopi pohon tinggi hanya 1,5% saja.
Artinya penambahan pohon tinggi pada tapak harus dilakukan dengan tujuan
meminimalisasi aliran permukaan, melindungi lereng dari bahaya longsor, serta
meningkatkan kenyamanan mikro.
Analisis Kemiringan Lahan
Analisis
dilakukan dengan tool software AutoCad Land Desktop 2009 dengan menggunakan
basis data ketinggian yang diambil pada tapak dengan GPS Garmin 62 SC. Didapat
data kecuraman 0-3% meliputi 21% area, kecuraman 3-8% meliputi 48% area,
kecuraman 8-15% meliputi 17% area, kecuraman 15-30% meliputi 12% area,
kecuraman 30-45% meliputi 1% area, dan kecuraman >45% meliputi 1% area.
Untuk itu perlu dilakukan upaya perlindungan tanah pada area yang curam.
Analisis Kualitas Air
Analisis dilakukan secara visual
dan aroma. Dibagi menjadi 3 kategori:
1.
Air Tidak Tercemar 3.
Air Tercemar
*Warna bening *Warna Keruh
*Tidak beraroma *Beraroma tidak sedap
2.
Air Agak Tercemar
*Warna agak keruh
*Tidak beraroma
Diperlukan sistem bio-engineering
untuk meningkatkan kualitas air yang ada agar tetap bagus sampai ke hulu.
![]() |
Rumusan Masalah |
![]() |
Konsep Ruang |
![]() |
Konsep Sequence |
![]() |
Konsep Vegetasi |
![]() |
Site Plan |
![]() |
Rencana Penanaman |
![]() |
Rencana Kolam |
![]() |
Rencana Hardscape |